Anda yang asli Yogyakarta dan sekitarnya mungkin tak asing dengan bakmi Jawa. Secara tradisional, bakmi ini dimasak di atas tungku tanah liat dengan arang. Proses peracikan bumbu dan pemasakan dilakukan satu per satu. Biasanya, mie ini dicampur dengan daging ayam kampung suwir dan telur bebek.
Di beberapa tempat, bakmi Jawa disebut dengan mie tek-tek atau mie godog (untuk bakmi Jawa rebus). Bedanya, bakmi Jawa goreng berwarna lebih cokelat pekat karena banyak menggunakan kecap manis. Rasanya juga manis-manis gurih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak sulit mencari bakmi Jawa legendaris ini. Di ujung kolong stasiun yang berseberangan dengan restoran Sederhana, ada 'food court' atau kumpulan penjual makanan. Bakmi Jawa Pak Haji Minto ini paling menarik perhatian karena karyawannya berseragam dan terdapat plang menu besar.
Beruntunglah saya datang sekitar pukul 19.30 malam karena tempatnya sepi. Tak perlu berbagi duduk dengan pelanggan lain di bangku panjang khas warung tenda. Hanya ada sekitar lima orang yang sedang bersantap di tempat, padahal biasanya sulit mendapat tempat duduk di sini. Mungkin karena ini waktunya tarawih.
Menu yang diunggulkan di sini adalah bakmi Jawa, nasi goreng, serta daging cincang goreng. Selain itu ada bihun Jawa, capcay, kwetiau, tongseng, gulai, sop, serta sate kambing. Anda bisa memilih hidangan goreng atau rebus, pedas atau tidak, dengan potongan ati ampela, daging kambing, sapi, atau ayam. Untuk minumannya tersedia es campur, jeruk, soda susu, jahe, dan minuman ringan lainnya.
Tentu saja saya tak melewatkan kesempatan mencicipi bakmi Jawa yang legendaris ini. Sepiring mie goreng ati ampela yang tak pedas (Rp 13.000) hadir di hadapan saya tidak begitu lama, disertai dengan segelas es teh manis (Rp 3.000). Sayapun menjilati bibir dan siap menyantap hidangan tersebut.
Seporsi mie goreng ini berukuran sedang. Selain ati ampela, di dalamnya terdapat irisan tomat, kol, dan kekian terigu yang kenyal dan berlumur kecap. Ditaburi irisan seledri, bawang goreng, dan bubuk ebi dengan pelengkap kerupuk.
Mienya berwarna cokelat karena kecap, karena itulah terasa manis. Teksturnya cukup lembut dan terasa agak basah. Wah, justru mie nyemek-nyemek ini yang saya suka! Tak heran, orang biasa, selebriti, hingga mantan presiden Megawati dan almarhum presiden Soeharto menggilai bakmi Jawa resep Almarhum Haji Minto ini. Konon, kenikmatannya berasal dari kuah gulai tongseng yang menjadi bumbu mie ini.
Terbukti, kesederhanaan tidak selalu berbanding terbalik dengan citarasa dahsyat. Menikmati bakmi Jawa di malam hari ditemani deru kendaraan bermotor dan guncangan kecil kereta yang melintas di atas justru membuat tempat ini semakin bikin kangen. Kapan-kapan saya akan kembali lagi mencoba daging cincang goreng dan nasi goreng yang tak kalah istimewa!
Nasi Goreng Cut Mutiah 1964, Bakmi Jawa Pak Haji Minto
Jl. Cut Mutia No. 1, Menteng, Jakarta Pusat (Stasiun Gondangdia)
Telepon: 021-98209488, 021-97053339, 021-91384567
Buka: 16.30-01.00
(odi/odi)